
BPR Arto Moro yang merupakan anggota Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Jawa Tengah selama dua hari, Selasa-Rabu (21-22/11) mengikuti seminar dan rakerda yang di selenggarakan oleh DPD Perbarindo Jawa Tengah di Bandungan, Kabupaten Semarang.
Tema yang diusung panitia: Peluang dan Tantangan Industri BPR-BPRS sebagai Pilar Ekonomi Jawa Tengah di Era Transformasi Bisnis Digital. Kegiatan dibuka oleh Gubernur Ganjar Pranowo. Juga hadir Bupati Semarang dr Mundjirin, Ketua DPD Perbarindo Jawa Tengah, Dadi Sumarsana, Ketua Umum Perbarindo, Joko Suyanto; Kepala OJK Regional 3 Wilayah Jateng dan DIY, Bambang Kiswono, perwakilan dari BI, serta Pengurus BPR-BPRS Se Jawa Tengah.
Ketua DPD Perbarindo Jawa Tengah, Dadi Sumarsana menyampaikan, rangkaian kegiatan kali ini juga dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama (MoU) antara Perbarindo dengan Kementerian Dalam Negeri dan Dirjen Dukcapil Pusat mengenai akses e-KTP.
Pada hari kedua kegiatan, (Rabu, 22/11), berlangsung Harmonisasi Perbarindo DPD Jawa tengah, dengan menggelar kegiatan edukasi literasi di pasar Bandungan. Juga Railway Adventure (Nostalgia Sepur Klutuk) Ambarawa-Tuntang.
Dirut BPR Arto Moro Semarang Radianto, SE dan Direktur BPR Arto Moro, Eka Andika Latif SE berkenan mengikuti edukasi literasi tentang BPR di Pasar Bandungan. Radianto menyampaikan, BPR Arto Moro mendukung kegiatan edukasi literasi kepada para pedagang, karena jauh lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran.
Terkait MoU antara Perbarindo dengan Kementerian Dalam Negeri dan Dirjen Dukcapil Pusat, Radianto menilai, langkah tersebut sangat penting. Juga strategis untuk mencegah/melindungi BPR-BPRS dari calon nasabah yang bermaksud membobol/merugikan BPR-BPRS.
“Adanya MoU tersebut, maka BPR-BPRS bisa mengakses informasi calon nasabah (debitur) dengan lebih cepat. Sehingga jika ada indikasi pemalsuan identitas, maka bisa segera diketahui lebih dini,” kata Radianto.
Sedangkan Eka Andika Latif pada kesempatan yang sama mengatakan, meski kegiatan edukasi literasi diadakan di pasar tradisional Bandungan yang letaknya jauh dari kantor BPR Arto Moro, namun tim BPR Arto Moro mendukung penuh kegiatan tersebut. Dengan membawa mobil branding perusahaan—serta brosur dan leaflet—tim AO BPR Arto Moro mengajak pedagang pasar Bandungan untuk tidak meminjam ke rentenir. Pedagang pasar juga diminta tidak menyimpan uangnya di bawah bantal. “Kami mengajak para pedagang untuk memanfaatkan fasilitas di BPR Arto Moro, karena tim kami siap untuk jemput bola,” kara Andika Latif. (sct/isk)